Kamis, 20 Desember 2012

KAJIAN KEBUDAYAAN MANUSIA ABAD PERTENGAHAN


Nama        : Mutia Handayani
NPM         : 35412173
Kelas        : 1IDO1


ZAMAN PERTENGAHAN

Peradaban zaman pertengahan menduduki tempat tersendiri dalam sejarah. Dengan berakar pada peradaban-peradaban Yunani-Romawi,Byzantium, dan Arab, dasar-dasar atau fondasi Peradaban Zaman Pertengahan memang benar-benar diletakan oleh kreator-kreator peradaban. Anasir spiritual berasal dari kebenaran-kebenaran agama Kristen.
Negara masyarakat di Eropa Barat lama mengalami banyak berbagai bencana  akibat runtuhnya Kekaisaran Romawi. Aktivitas ekonomi merosot, negara-negara kota lama terus-menerus lenyap satu demi satu. Kehidupan semakin terkonsentrasikan di pedesaan, dan bertumpu pada sector pertanian. Ekonomi uang semakin tergeser oleh ekonomi domestic atauekonomi pertanian. Karena aktivitas jual beli rendah, bahan-bahan makanan dan barang-barang manufaktur rendah pula nilainya. Masing-masing wilayah mengembangkan semua atau hampir semua yang dibutuhkan penduduknya. Begitulah gambaran selintas masyarakat di Spanyol, Gaul, Italia, dan kawasan Rhein.
Jamaah Gereja, dalam kehidupan pedesaan Zaman Pertengahan jemaah gereja muncul dan berkembang dengan mudah. Menjelang abad X hal ini diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari tata sosial feodalisme. Para tuan tanah menyediakan sebagian tanahnya untuk gereja serta untuk kebutuhan hidup sehari-hari para pendeta setempat. Dimana-mana gereja dan pelataran gereja menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bangunan-bangunan milik para tuan tanah. Kekuasaan dan pengaruh para tuan tanah  yang begitu besar itu selanjutnya membawa implikasi tersendiri dalam mekanisme birokrasi gereja. Karena begitu berpengaruhnya llalu seakan-akan memiliki hak untuk mengajukan seseorang kepada uskup agar diangkat sebagai pendeta yang ditempatkan di daerah mereka. Dengan demikian pendeta gerja local itu boleh dikatakan adalah “orang”-nya tuan tanah.
Organisasi keuskupan, lingkup kerja seorang uskup meliputi banyak kesatuan wilayah jemaah gereja, dan ini disebut diocese atau keuskupan. Suatu jajaran pembantu uskup dibentuk untuk mengawasi masing-masing unit jemaah. Hal ini memang membutuhkan biaya yang mahal, tetapi tidak menjadi masalah karena gereja menerima sumbangan atau tenaga pengolah tanah di masing-masing wilayah. Pemasukan dari tanah itulah yang kemudian untuk merawat gereja, serta membiayai organisasi yang dibentuk untuk mengawasi kehidupan keagamaan di wilayah keuskupannya. Ini berarti manajemen keuskupan sangat tergantung pada ekonomi domestic atau ekonomi agrarian.
Sisa-sisa kekafiran dan ketakhayulan, sebagaimana diketahui, gereja Kristen lahir di dalam masyrakat yang telah memiliki tradisi keagamaannya sendiri selama berabad-abad. Itu berarti ajaran-ajaran meresap ke dalam kesadaran mereka, dan termanifestasikan dalam perilaku sehari-hari mereka.  Itulah sebabnya semenjak semula agama Kristen berjuang keras menyebarkan ajaran-ajaran etika praktis serta sikap hidup tertentu terhadap dunia. Sebelum Maklumat Milan  (the Edict of Milan) diumumkan (313), umat Kristen merupakan kelompok minoritas yang senantiasa hidup di bawah kecemasan dan ketakutan. Namun sesudah maklumat itu diumumkan. Kristen menjadi agama istimewa, dan berbondong-bondonglah orang untuk memeluknya, karena itulah jalan terbaik untuk menyelamatkan atau malah meningkatkan status mereka di dalam masyarakat. Pada awal Zaman Pertengahan , setiap orang yang hidup di Kekaisaran Romawi adalah pemeluk agama Kristen, karena wajib mengikuti pembaptisan. Gereja menjadi bersifat Katholik, artinya universal atau ada di mana-mana. Pada Zaman Pertengahan , praktek-praktek ilmu sihir itu antara lain tampak pada cara-cara orang Jerman membuktikan kesalahan seseorang yang dituduh telah melakukan kejahatan. Tertuduh membuktikan diri tidak bersalah setelah mengalami serangkaian penyiksaan. Ada banyak orang-orang Kudus, yang sebagian besar memang tokoh historis. Namun, dalam banyak hal cerita-cerita itu bercampur dengan ketakhayulan. Salah satu contohnya adalah dipakainya sepatu bekas milik St.Cuthbert, yang semasa hidup menjadi uskup Lindisfarne, untuk melakukan penyembuhan penyakit secara gaib.
Konversi orang-orang Barbar Jerman, sepanjang Zaman Pertengahan terjadi banyak  konversi orang-orang barbar. Suku-suku Jerman yang terkenal penganut kuat kepercayaan lama mereka satu demi satu pindah ke agama Kristen. Banyak suku-suku jerman yang sudah menyatakan diri masuk Kristen abad IV seperti Visigoth, Ostrogoth, Vandal, Burgundia, dan Lombardia.
Konversi orang-orang Frank, sering berpindahnya seluruh warga warga suatu suku ke agama Kristen adalah karena mengikuti raja atau kepala suku tersebut. Satu contoh yang menarik adalah yang terjadi pada Clovis, Raja orang-orang Frank. Karena mengalami tekanan berat selama peperangan dengan Alamanni pada 496, ia takut akan mengalami kekalahan total. Isterinya, St. Clotilda, telah sering membujuknya untuk menjadi seorang Kristen. Ia piker ia akan meraih kemenangan jika menjadi seorang Kristen. Alemanni pun kalah dan Clotilda memohon St. Remi, Uskup di Reims, untuk membaptis Clovis.
Konversi orang-orang Anglo, Saxon, dan Jute, suku-suku Jerman yang berdiam di Britania selama abad V masih tetap kafir. Agama Katholik baru masuk ketika datang missi St. Augustinus dari Centerbury pada 597.
Konversi orang-orang Northumbria, kaum barbar sangat terkesan akan kepastian ajaran Kristen. Mereka dibikin resah tentang tujuan akhir manusia, dan doktrin tentang kebangkitan kembali. Hal ini dilukiskan dalam sebuah cerita dalam catata Bede tentang konversi Raja Edwin dari Northumbria pada 627. Coifi, kepala urusan agama sangat berhasrat akan adanya perubahan karena, menurutnya, ia tak merasakan suatu kekayaan rohaniah dengan menyembah dewa-dewi lama.
Konversi orang-orang Kelt, dibandingkan dengan orang-orang Northumbria, orang-orang Kelt yang berada di Britania, Skotlandia, Irlandia lebih dahulu masuk Kristen. Upaya pengkonversian pertama terhadap mereka di lakukan oleh St. Patrick (†461).  Ia lahir di Britania. Ketika berusia enam belas tahun, ia ditangkap dan dijual sebagai budak di Irlandia. Ia mampu meloloskan diri dari tuan-tuannya dan kemudian selama bertahun-tahun tinggal di biara di Gaul Selatan. Pada 431 ia kembali ke Irlandia dan mulai melakukan tugas-tugas missionarisnya. Selama tiga puluh tahun ia melakukan perjalanan mengelilingi Irlandia mewartakan Injil. Atas segala keberhasilan misinya itulah kemudian ia dianggap sebagai santo Irlandia.
Konversi orang-orang Slav, kristenisasi orang-orang Slav baru terjadi pada abad pertengahan  abad IX. Missionaries-missionaris awal antara lain adalah St. Cyril (†869) St. Methodius (†885), dua bersaudara dari Thessalonika, Yunani. Kedua missionaries itu memang sengaja diundang oleh penguasa Moravia untuk menyebarkan ajaran Kristen di kalangan orang-orang Slav. Dengan fasih mereka mewartakan Injil dalam bahasa Slav, yang adalah bahasa Yunani yang telah diadaptasikan ke dalam bahasa Slav asli.
Eropa telah menjadi wilayah Kristen, kecuali bebeaoa daerah suku terbelakang di sekitar Laut Baltik. Suku-suku seperti Finn dan Lithuania selama beberapa abad kemudian tetap bertahan dengan paganisme mereka. Proses konversi semua suku bangsa yang terbentang dari pulau-pulau di lepas pantai Skotlandia hingga daratan luas di Rusia adalah merupakan suatu bab tersendiri dalam sejarah. Gereja yang praktis telah merambah semua suku bangsa di Eropa menjadi lembaga yang sangat berperan dalam pembentukan corak kehidupan manusia. Melalui doktrin-doktrinnya tentang kehidupan dan segala permasalahannya, Gereja benar-benar menjadi lembaga sentral yang menentukan bentuk peradaban Eropa. Karya para missionaries, biarawan, dan pejabat gereja mendapat tempat yang penting dalam sejarah peradaban.
St. Benedictus dan Peraturannya, perbiaraan Benedictus memainkan peran penting dalam proses transformasi kaum barbar menjadi umat Kristen yang lebih beradab. St. Bene-dictus (480-557), lahir dekat Spoleto, Italia tengah, dalam usia tujuh belas tahun pergi meninggalkan orangtuanya. Ia memilih hidup seperti seorang pertapa, yang ia jalani di tengah rimba Subiacco. Petuah-petuah sucinya tersiar luas. Akhirnya, pada tahun 528, ia menarik diri dari pertapaannya di Subiacco untuk mendirikan biara di Monte Cassino, yang terletak  di tengah-tengah antara Roma dan Napoli.
St. Benedictus  menerapkan aturan tersendiri. Maksud diterapkannya aturan yang khusus ini hanyalah untuk mengorganisasikan suatu biara tempat para biarawan hidup dengan tata cara yang umum  berlaku, melakukan pekerjaan dan kebaktian bersama. Telah banyak pujian terhadap kontibusi Ordo St. Benedictus dalam bidang sosial, ekonomi, dan intelektual. Namun, kontibusinya dalam aspek-aspek keagamaan boleh dikatakan kurang mendapat perhatian. Memang benar bahwa para biarawan telah membabat hutan, mengeringkan rawa-rawa, menanam pohon-pohon dan mengembakan peternakan, serta meningkatkan kesuburan tanah dengan metode-metode pertanian yang cermat.
Kesusastraan pada Zaman Pertengahan, pada dasarnya umat Kristen tak memiliki pertautan apa pun dengan karya-karya klasik Yunani dan Romawi yang politieistik dan mengandung gambaran yang tak senonoh tentang kehidupan para dewa.  St. Augustinus mengkhawatirkan kemungkinan timbulnya pengaruh buruk dari karya-karya para penulis kafir itu. Kekhawatiran ini juga di rasakan oleh umat Kristen pada umumnya. Umat Kristen barangkali boleh menolak sastra kafir. Namun hal itu tak mungkin  mereka lakukan tanpa juga menolak retorika, filsafat dan ilmu pengetahuan yang pernah dihasilkan bahasa Yunani dan Romawi. Para pemimpin gereja akhirnya  juga mengambil alih retorika lama, dan pengetahuan klasik menjadi bagian penting dari fondasi peradaban Zaman Pertengahan.
Zaman Kegelapan  kata lain untuk menyebut Zaman Pertengahan. Ini periode zaman para santo, dengan segala kepercayaan naïf tentang keajaiban mereka. Bentuk khas kesusasteraan yang lazim pada periode ini adalahhagiograf , atau kisah-kisah para santo. Banyak dari kisah-kisah semacam ini sebagian baik sebagian fiksi belaka, sebagian panjang sebagian pendek yang telah disusun menjadi semcam antologi yang dikenal sebagai Acta Sanctorum, atau Kisah Para Santo.
Gregorius Agung, Paus dari 590 hingga 604, adalah pemimpin gereja yang paling bersemangat mendorong penulisan tentang kehidupan apra santo. Karyanya sendiri yang berjudul Dialogoues, yang ditulis untuk menyenangkan umat Kristen, penuh dengan berbagai ceritaq keajaiban untuk membenarkan ajaran Kristen. Gregorius memang seorang pengkhotbah dan sekaligus penulis besar. Empat puluh dari kumpulan khotbah-khobahnyaq, yakni Homillies, masih bertahan. Karya lain Gregorius, yakni Magna Moralia, merupakan komentar atau catatan terhadap Kitab Job. Karya ini menjadi fondasi teologi selama Zaman Pertengahan.
Tokoh  Zaman Pertengahan yang lain yang tidak boleh diabaikan adalah Boethius.  Ia lahir di Roma, dan berasal dari golongan aristocrat. Ia hidup di bawah Raja Theodorik(†526), yang mendirikan kerajaan Ostrogoth di Italia. Boethius menaruh minat besar terhadap pengetahuan klasik, baik Yunani maupun Romawi. Meskipun Boethius banyak menulis nbuku-buku tentang aritmatika dan music, ia sebenarnya lebih berminat pada karya-karya Plato dan Aristoteles, yang kemudian banyak ia terjemahkan. Terjemahannya atas karya-karya Aristoteles seperti Categories dan De Interpretations berperan penting dalam pengembangan kehidupan intelektual di Barat.
Selain Boethius, tokoh lainnya lagi yang perlu diperhatikan adalah Cassiodorus (†583). Ia asli orang Italia selatan. Seperti Boethius, ia sangat berpengaruh dalam penyelenggaraan pendidikan pada zaman pertengahan. Ia mencoba mendirikan sebuah sekolah teologi di Roma. Namun gagasan ini praktis sulit direalisasikan karena peperangan yang destruktif dan berkepanjangan antara Justinianus dan orang-orang Ostrogoth. Hal ini mendorongnya untuk untuk meninggalkan tanah leluhurnya, dan kemudian mendirikan biara di Vivarium. Motivasi utamanya adalah agar para biarawan benar-benar menjadi ahli kitab yang mampu menjelaskan teks-teks suci dalam Injil
Ilmu Pengetahuan, selama Zaman kegelapan pengetahuan ilmiah relative tidak mendapat tempat. Hal ini merupakan  konsekuensi logis dari merosotnya penyelidikan ilmiah Yunani dan pupusnya institusi-institusi ilmiah Romawi. Orang tak lagi berminat melakukan observasi secara ilmiah saeperti yang dilaukan Aristoteles.
Ilmu Kedokteran, karena tidak tumbuhnya sikap kritis, ilmu kedokteran pada Zaman kegelapan praktis tidak mengalami kemajuan. Ketika Kekaisaran Romawi mengalami disintegrasi, pengetahuan kedokteran yang telah dikembangkan Hippocrates dan Galen terabaikan. Hanya kadang-kadang saja cara yang lebih masuk akal digunakan. Di Barat, pengetahuan kedokteran sangat tak berarti jika dibandingkan dengan pengetahuan orang-orang Persia dan Yahudi pada masa kekhalifahan Ummayah dan Abbasiyah, yang mengembangkan pengetahuan mereka langsung dari karya-karya Galen. Sampai dengan abad XII, Eropa Kristen tak menjamah harta pengetahuan klasik ini. Jelas kebudayaan Eroba barat pada periode ini teramat kecil dibandingkan dengan kebudayaan Byzantium dan khususnya dunia Arab. 

Senin, 03 Desember 2012

Kajian Kebudayaan Manusia Zaman Prasejarah


Nama            : Mutia Handayani
NPM              : 35412173
Kelas            : 1IDO1

           Pengertian Zaman Prasejarah

Zaman prasejarah disebut juga zaman praaksara. Zaman prasejarah dapat diartikan sebagai zaman atau masa ketika manusia belum mengenal tulisan atau belum ada temuan peninggalan berupa tulisan pada zaman tersebut di suatu kawasan.atas dasar pengertian di atas, zaman prasejarah juga sering disebut zaman Nirleka (nir=tidak,leka=tulisan) , artinya zaman ketika manusia belum atau tidak mengenal tulisan.
Setiap bangsa tidak sama dalam meninggalkan zaman pra aksaranya. Masuknya suatu bangsa kedalam Hal ini dapat dilihat dari angka tahun pada catatan tertulis tersebut. Mesir memulai masa sejarahnya kira-kira tahun 4.000SM. Mesopotamia pada pertengahan tahun 3.000SM memasuki zaman sejarah, sedangkan India sekitar tahun 2.500SM. Zaman sejarah bergantung dari adanya penemuan tertulis pertama.
Indonesia memasuki zaman sejarah kira-kira pada awal abad ke-5. Catatan angka tahun tertua diketahui dari batu-batu tertulis yang terdapat di sekitar aliran sungai Mahakam di Kalimantan timur. Berita tertulis yang mengawali sejarah Indonesia tentang kerajaan kutai dan para penguasanya.
Untuk menyelidiki kehidupan manusia pada masa pra aksara sangat sulit. Para ahli hanya dapat menafsirkan kehidupan manusia berdasarkan benda-benda yang ditemukan. Para ahli hanya mampu memberi penjelasan yang sifatnya perkiraan, baik berdasarkan geologi maupun alat-alat kehidupan manusia di masa lampau(artefak).

Pembabakan zaman prasejarah berdasarkan geologi, yaitu            :
         
1)     Azoikum, berumur sekitar 2.500 juta tahun.Pada masa itu kulit bumi masih panas sekali dan masih dalam proses pembentukan dan belum ada tanda-tanda kehidupan
2)     Palaeozoikum, berlangsung sekitar 340 juta tahun.zaman ini disebut juga zaman primr
3)     Mezosoikum, zaman mezosoikum berlangsung sekitar 140 juta tahun.zaman ini juga disebut zaman sekunder (zaman kedua),
4)     Neozoikum, berlangsung sekitar 60 juta tahun. Zaman ini terbagi dua, yaitu :
a.    Zaman   Tersier (zaman ketiga)
b.    Zaman kuerter (zaman keempat) . Zaman kuerter ini merupakan zaman yang terpenting karena kehidupan manusia mulai ada. Zaman ini dibagi menjadi :
o   Kala Pleistosen(diluvium/Zaman Es/Glasial). Pada zaman ini dari kutub utara mancair hingga menutupi sebagian eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika Utara.Pada zaman ini muncul manusia purba yang disebut Homo erectus. Di zaman ini juga hidup binatang sejenis Stegodon, Leptodos, hippopotamus dan Gibbonepi Machiorodus.
o   Kala Holosen(Aluvium), pada zaman inilah hidup nenek moyang umat manusia yang disebut Homo Sapiens(manusia cerdas)dan homo Recens(manusia bijaksana).


Pembabakan zaman prasejarah berdasarkan corak kehidupan, yaitu :

1)     Masa berburu dan meramu,yaitu :
a) Masa Berburu dan Maramu tingkat sederhana dan
b) Masa Berburu dan meramu tingkat lanjut
2)     Masa bercocok tanam,dan
3)     Masa perundagian.

Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia
Manusia purba adalah manusia yang hidup pada zaman prasejarah.jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia, diproleh dari sumber berupa hasil penggalian fosil dan artefak antara lain :

(1)   Meghanthorpus Palaeo Javanicus (manusia raksasa dari jawa) adalah jenis manusia pyrba yang paling purba(tua). Fosil ini ditemukan pada tahun 1936 dan 1941 di daerah Sangiran (surakarta) . Mahluk ini berbadan besar dan diduga lebih banyak memakan jenis tumbuhan.
(2)   Pithecanthropus,yang termasuk Pithecanthropus yaitu :
a.    Pithecanthropus Erectus,artinya manusia kera yang barjalan tegak. fosilnya ditemukan di Trinil(tepi Bengawan solo), Ngaw pada tahun 1890 oleh Eugene Dubois
b.    Pithecanthropus Robustus,artinya manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya.fosilnya ditemukan di lembah Bengawan solo pada tahun 1936 oleh G.H.R.von koenigswald dan F.Weidenreich, dan
c.    Pithecanthropus Mojokertensis,artinya manusia kera dari mojokerto.fosilnya ditemukan di Perning(mojokerto)pada tahun 1936 oleh 3 orang, yaitu:Duyfjes,G.H.R.Von Konigswald dan Cokro handoyo.
(3)   Homo adalah jenis manusia purba yang menunjukan sifat-sifat paling mirip dengan manusia sekarang.Yang termasuk jenis homo yaitu :
a.  Homo soloensis, artinya manusia purba dari solo.fosilnya banyak ditemukan di sepanjang sungai Bengawan solo(ngandong,Sambung macan dan Sangiran). Ditemukan pada tahun 1931-1934 oleh Ter Haar dan Oppenoorth dan diselidiki oleh G.H.R.Von Konigsweld, b0 Homo Wajakensis ,artinya manusia purba dari wajak. ulungagung oleh Van Reis Choten(1888 dan Eugene Dubois. Menurut Von Konigswald, Homo soloensis dan homo Wajakensis termasuk jenis homo sapiens (manusia cerdas)
b.  Homo Australomelanusoid, artinya manusia dari kepulauan Melanesia Selatan.Diperkirakan berumur 18.000-4.500 SM. Fosil jenis manusia ini ditemukan di Kyokkenmodinger (bukit Kerang) di Aceh, Sumatra Utara, dan gua-gua di jawa, misalnya gua sampung (ponorogo), gua Prajekan (Tuban) , gua Peturuh (bondowoso), serta gua-gua di flores
c.   Homo mongoloid,fosil jenis manusia ini ditemukan di gua-gua dekat lomoncong dan Sopeng di Sulawesi selatan. Bentuknya mirip dengan rata-rata manusia Indonesia sekarang namun bukti kehadiran jenis manusia ini masih sangat terbatas yaitu berupa gigi yang lepas
d.   homo Floresiensis,fosil jenis manusia ini ditemuikan oleh tim  dari Indonesia dan Australia pada tahun 2003 di Liang bua, flores. Hasil temuannya berupa tengkorak, tulang kaki, bagian tulang panggul, dan tangan. Temuan ini diperkirakan merupakan kerangka wanita dewasa, tinggi badan sekitar 1 meter, dengan volume otak hanya 417 cc, kemungkinan termasuk homo Erectus Kerdil. Umur diperkirakan 18.000 tahun. Temuan ini diumumkan sebagai sebuah temuan Sepecies manusia baru,namun masih menimbulkan kontroversi.

Kebudayaan
Kebudayaan (culture) adalah suatu komponen penting dalam kehidupan masyarakat,khususnya struktur social. Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu cara hidup. Cara hidup atau pandangan hidup ini meliputi cara berfikir, cara berencana dan cara bertindak, disamping segala hasil karya nyata yang dianggap berguna, benar dan patut dapatuhi oleh anggota-anggota masyarakat atas kesepakatan bersama.
Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta Buddhayah ialah bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Demikian, kebudayaan itu dapt diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal dan sebagai keseluruhan gagasan dan karya,yang harus dibiasakan dengan belajar,besrta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (Koentjaraningrat,1984 ;45). Sedangkan menurut selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil, karya, rasa dan cipta masyarakat.Kebudayaan yang berfungsi mengatur manusia agar dapat memahami bagaimana seharusnya manusia bertngkah laku,berbuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.
Kebudayaan adalah kmpleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B.Tylor,1871:175)

Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia Purba
Kehidupan manusia pada masa berburu dan meramu memiliki tahap perkembangan, yaitu dari cara hidup nomaden, semi sedenter sampai hidup menetap. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil antara 20-50 orang atau kelompok. Adapun peralatan yang dipergunakan pada masa ini adalah peralatan yang terbuat dari :
a.    Batu, misalnya kapak persegi, kapak perimbas, kapak genggam, gurdi, pisau dan tombak
b.    Tulang digunakan sebagai alat tusuk, misalnya belati, sudip, mata kail, dan penusuk
c.    Tanduk digunakan untuk mengrek umbi dan keladi dari dalam tanah.

Pada masa bercocok tanam masyarakat telah hidup menetap dalam perkampungan perkampungan bersama dan telah mengenal system bercocok tanam.  Adapun jenis tanaman yang dibudidayakan seperti keladi, labu air, ubi jalar, dan padi gogo, sukun, pisang, kelapa, durian, nanka, duku dan rambutan. Dengan menggunakan paralatan seperti kapak persegi, kapak lonjong, gurdi dan pisau. Sedangkan ketika mas perundagian memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggunakan peralatan seperti kapak corong atau kapak sepatu.

Sistem Mata Pencaharian Manusia Purba
Masyarakat pada masa berburu dan meramu memiliki mata pencaharian berburu dan meramu. Berburu adalah kegiatan untuk memproleh bahan makanan dengan cara berburu, memasang perangkap, dan menjerat binatang. Meramu adalah kegiatan untuk mendapatkan bahan makanan dengan cara mengumpulkan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan pada masa bercocok tanam masyarakat telah mengenal perdagangan dengan system barter barang.Barang dagangan mereka antara lain sebagai berikut :
a) Ramuan hasil hutan
b) Hasil pertanian
c) Hasil kerajinan seperti gerabah, beliung, perhiasan, dan perahu
d) garam atau ikan laut

Dalam bidang peternakan masyarakat bercocok tanam juga mampu menjinakan binatang dan beternak antara lain babi, kerbau, anjing, dan ayam. Selain itu,dikenal juga pelayaran dengan menggunakan sampan yang sederhana menelusuri pantai untuk mencari sumber bahan makanan. Pada masa perundagian mata pencaharian tetap adalah pertanian serta pelayaran.

Sistem Kemasyarakatan Manusia Purba
Kehidupan masyarakat berburu dan meramu ini sangat sederhana tetapi mereka telah mengenal system pembagian kerja gotong-royong,koordinasi dalam pekerjaan terlihat dari upaya memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu melalui berburu dengan sekelompok orang.
Karena populasi pendidik semakin lama semakin bertambsh,masyarakat bercocok tanam sudah menetap di perkampungan-perkampungan. Ternyata mereka telah mengenal gotong-royong dalam kebersamaan untuk menebang hutan, membakar semak, menabur benih, memetik hasil lading, mendirikan ruman dan menyelenggarakan upacara. Selain itu, dalam kehidupan masyarakat bercocok tanam sudah terlihat peran pemimpin (primus interpares) serta sudah terbentuknya organisasi yaitu desa guna mewujudkan suatu masyarakat yang menempati suatu territorial tertentu. Pada masa berikutnya selain mengenal suatu lembaga yang berupa keluarga, desa juga mulai mengenal system kekerabatan Patrilineal yaitu susunan keluarga yang menarik garis keturunan hanya dari pihak ayah atau laki-laki dan system matrilineal yaitu susunan keluarga yang menarik garis keturunan hanya dari pihak ibu atau wanita.

Sistem Bahasa Masyarakat Purba
Pada masa berburu dan meramu diduga hidup manusia jenis homo erectus dan Homo wajakensis yang sudah mulai mampu menggunakan atau berbicara dan mengingat sesuatu. Bahasa yang digunakan masyarakat prasejarah sampai dengan saat ini belum di ketahui secara pasti. Pada masa hidup bangsa australomelanesid tidak diketahui bahasa apa yang mereka pergunakan untuk berkomunikasi. Para ahli menduga bahasa mereka serumpun atau mewarisi bahasa naisadha yang dipakai oleh bangsa proto australoid yang pernah tinggal di India yanhg merupakan pendahulu bangsa australomelanesid yang tinggal di kepulauan nusantara. Jadi secara umum bahasa yang digunakan oleh masyarakat prasejarah adalah bahasa melayu austronesia (belum mengenak bahasa tulis).

Sistem Kesenian Masyarakat Purba
Pada masa berburu dan meramu manusia telah mengenal seni lukis yang dituangkan pada dinding gua.Beberapa bukti lukisan dinding diantara lain terdapat di :
a.     Gua patte di Sulsel terdapat lukisan cap tangan dan babi rusa.
b.     Gua leang-leangdi Sulsel terdapat gambar berwarna babi hutan sedang berlari dan lukisan cap tangan.
c.      Gua jarie dan gua burung terdapat lukisan cap tangan.
d.     Dinding gua Seram, papua Barat dan di pulau Muna terdapat lukisan perahu dan manusia bertopeng.selanjutnya pada masa bercocok tanam masyarakat sudah terampil (membuat gerabah, anyaman, pakaian dan perahu).

Bahan untuk anyaman dibuat dari bambu, rumput, dan rotan dengan teknik anyaman dan pola geometrik. Selain itu,masyarakat ini sudah mengenal pakaian yang dibuat dengan menggunakan tenunan serat kulit kayu. Lain halnya pada masa perundagian masyarakat telah mengenal permainan wayang, pembuatan gamelan, teknik membatik serta bentuk gerabah yang dibuat dengan teknik yang lebih maju dibandingkan dengan gerabah zaman bercocok tanam. Pengerjaannya lebih halus, lebih tipis karena selain menggunakan tatah mereka juga menggunakan pelarian ( roda berputar ).

Sistem Pengetahuan Masyarakat Purba.
Pengetahuan yang dimiliki masyarakat prasejarah pada masa berburu dan meramu masih terbatas karena kehidupannya pun masih sederhana, masih tergantung padaapa yang disediakan alam, mereka hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan makanannya saja. Jika dilihat pada masa bercocok tanam masyarakat sudah mulai mengenal pengetahuan astronomi dan navigasi seperti angin buritan,  angin sekal serta teknologi pembuatan kapal, karena masyarakat prasejarah pada masa itu sebagai pelaut.
Dengan pengetahuan astronominya. Mereka menandai bintang sesuia profesi antara lain bintang bintang biduk besar mayang (berkaitan dengan pertanian). Sedangkan corak kehiupan pada masa perundagian adalah masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolah logam diantaranya teknik tempa, teknik cetak lilin,  teknik cetak uang.

Sistem Kepercayaan Masyarakat Prasejarah
Kepercayaan yang dimiliki masyarakat pada masa prasejarah merupakan awal dari kepercayaan yang ada pada masa-masa berikutnya. Selanjutnya adanya kepercayaan oleh masyarakat berburu dan meramu terdapat kekuatan alam yang abadi di sekelilingnya di buktikan dengan penemuan kuburan serta penguburan jenazah di Gua Lawa (sampungan) Gua Sodong , Bukit Kerang di Sumatra Utara. Dengan penemuan kuburan itu menunjukan bahwa masyarakat prasejarah telah memiliki anggapan tentang hidup sesudah mati da memberikan panghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Pada masa selanjutnya masyarakat telah mengenal dua macam penguburan yaitu : 
1.     Penguburan Primer (Langsung). Dalam penguburan langsung jenazah orong yang sudah meninggal dikuburkan sekali, atau langsung dikubur di dalam tanah atau diletakkan dalam sebuah wadah kemudian dikuburkan dalam tanah dengan upacara penguburan.
Mayat dibaringkan mengarah ketempat roh atau arwah pada leluhur (misalnya di puncak gunung). Sebagai bekal perjalanan ke dunia roh, disertakan bekal kubur yang terdiri atas berbagai macam barang keperluan sehari-hari, seperti perhiasan, periuk, dan barang-barang lainnya.
2.     Penguburan Sekunder (Tak Langsung). Pada penguburan tak langsung mayat pada mulanya langsung dikuburkan dalam tanah tanpa upacara penguburan. Setelah beberapa waktu hingga tinggal kerangka, kemudian digali, dibersihkan, dan dicuci, terkadang diberi tempayan/sarkopagus atau tanpa wadah dikubur kembali dengan upacara penguburan.

Berdasarkan cara-cara penguburan mayat, masyarakat telah mengenal kepercayaan lain seperti Animisme, Dinamisme, Politeisme, Monoteisme, Fetisisme., Animatisme, Toteisme,dan Mistik. Di samping itu juga terdapat benda-beda sebagai penujang upacara seperti :

a.  Menhir, adalah sebuah tugu batu yang didirikan untuk upacara penghormatan terhadap roh nenek moyang
b.  Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesajaji yang dipersembahkan kepada nenek moyang
c.   Sarkopagus adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tunggal)
d.   Kubur Batu, Kubur Batu seperti sarkofagus tetapi dibuat dari papan batu,
e.  Punden Berundak, adalah bangunan pemujaan leluhur yang berupa bangunan bertingkat dengan bahan dari batu. Di atasnya didirikan menhir
f.    Waruga, adalah kubur batu yng berbentuk kubus atau bulat. Dibuat dari batu utuh
g.   Arca dan
h.  Nekra Perunggu,adaah genderang perunggu yng bebentuk seperti dangdng berbalik berfungsi  sebagai pelengkap upacara untuk memohon turunnya hujan.